Waktu
Hadirmu, tak satupun membuatku terbelenggu
Karna hatiku terlanjur menutup pintu
Ini aku, bukan yang dulu
Dari kata bijakmu, aku belajar tentang waktu
Memang, ia terus berjalan
Tapi ia tak pernah memberikan perubahan
Apalagi tentang perasaan
Juga perpisahan
Waktu seolah-olah berpihak padamu
Tanpa memberiku kesempatan untuk menunjukkan bahwa aku mampu
Mungkin, waktu telah membuatmu ragu
Untuk menerimaku sebagai penopang pintu
Tapi, tak lagi
Kau terlanjur menutup hati tanpa penghuni
Mungkin, rasa mu telah mati
Terkalahkan oleh jenuhmu yang terus menggeluti
Kini, aku belajar
Menaruh perasaan haruslah sabar
Agar kita tau arti kejar dan mengejar
Sebagaimana kita menjadi sosok yang lebih tegar
Waktu memang benar
Ia yang tak bisa bertahan
Pasti akan berpaling duluan
Ia yang tak mampu mengendalikan
Pasti akan jauh melupakan
Ia yang mudah bosan dengan perasaan
Pasti akan mengakhirinya dengan perpisahan
Karna hatiku terlanjur menutup pintu
Ini aku, bukan yang dulu
Dari kata bijakmu, aku belajar tentang waktu
Memang, ia terus berjalan
Tapi ia tak pernah memberikan perubahan
Apalagi tentang perasaan
Juga perpisahan
Waktu seolah-olah berpihak padamu
Tanpa memberiku kesempatan untuk menunjukkan bahwa aku mampu
Mungkin, waktu telah membuatmu ragu
Untuk menerimaku sebagai penopang pintu
Tapi, tak lagi
Kau terlanjur menutup hati tanpa penghuni
Mungkin, rasa mu telah mati
Terkalahkan oleh jenuhmu yang terus menggeluti
Kini, aku belajar
Menaruh perasaan haruslah sabar
Agar kita tau arti kejar dan mengejar
Sebagaimana kita menjadi sosok yang lebih tegar
Waktu memang benar
Ia yang tak bisa bertahan
Pasti akan berpaling duluan
Ia yang tak mampu mengendalikan
Pasti akan jauh melupakan
Ia yang mudah bosan dengan perasaan
Pasti akan mengakhirinya dengan perpisahan
-Wnd
Oke, terimakasih
ReplyDelete