Sendiri

 Aku sendiri. Lagi-lagi aku merasakan kesendirian itu. Ketika raga ini dikekang emosi, semua menjadi tak terkendali. Memang, memendam emosi itu tak baik. Tapi aku terlalu takut mengungkapkan, takut jika nantinya emosi ini akan menyakiti orang yang aku sayangi. Aku cengeng, dan terlalu cengeng. Menangis menjadi jalan ninjaku, di tengah kesendirian. Disaksikan oleh langit-langit kamar, seakan hanya mereka yang menemaniku. Tak ada yang lain. Semua yang bernyawa sibuk dengan urusan masing-masing. Tak apa. Karena memang yang selalu ada itu tak ada. Tak ada di dunia ini. 


Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan? Dan ya, tentunya dalam kesendirian ini. Aku memeluk diriku sendiri, berusaha menguatkan diri sendiri yang lelah berjuang. Yang lelah diterpa masalah yang kian silih berganti. Diterpa oleh tekanan yang mengikat kuat. Aku butuh seseorang. Tapi lagi-lagi aku kini tau, kalau seseorang yang selalu ada itu tak ada di dunia ini. Aku berharap sekali menemukannya, tapi mustahil sepertinya.


Tak apa. Aku harus terbiasa. Kesedihan dalam kesendirian itu pasti muncul lagi nantinya. Dan untuk aku, jangan berharap lagi akan sosok yang 'selalu ada' itu. Karena yang selalu ada itu tak ada di dunia ini, kecuali hanya Tuhan. Atau mungkin, akankah keajaiban membuat sosok selalu ada itu muncul di masa depan nanti? Lalu, menggantikan yang ada saat ini? Entahlah. Aku tidak tau.

Comments

Popular posts from this blog

Cerpen - Dibawah Naungan Ilusi

Perihal Pena - Pertemuan

Cerpen Millenial - Pesan Terakhir Kakek