Posts

Showing posts from December, 2019

Puisi - Sang Pujangga

Sang Pujangga Ciptaan sang Maha Kuasa yang amat sempurna Intan manismu tiada tara Jiwamu mengikat asmara Khas ragamu terpandang di setiap mata Menoreh rasa kaum wanita Sang pujanggaku... Auramu sungguh menggugah nafsu Deru hati kian menggebu Memikat hati si pecandu Ngilu di dalam kalbu Melihatmu menutup pintu Mematahkan tulang hatiku Meski sakit Meski pilu Akan kukenang slalu Sang pujangga hati.. Getir langkah ini Mendekati si jendela hati Membuka pintu yang dulu terkunci Meski tak mungkin bersatu kembali Terbesit undur diri Mengingat diri ini hanya serpihan ilusi Akankah hati? Ataukah fiksi? Mungkin.. Rasa memang mati Namun rindu hati hidup abadi -Wnd

Cerpen Singkat-Buah dari Kecerobohan

Buah dari Kecerobohan Mentari pagi mulai memancarkan sinarnya. Kicauan burung beriringan menyuarakan melodi khasnya. Deraian angin sepoi bertiup pelan, menerbangkan dedaunan kering yang berjatuhan. Kini, suasana di ruang kelas terasa tenang dan sunyi. Tampak wajah-wajah ketegangan yang terpancar dari siswa-siswi sembari menatap lembaran berisi puluhan soal di hadapan mereka. Ya, kami siap untuk berperang. Tetapi, bukan perang seperti zaman sejarah, melainkan perang fikiran dan konsentrasi demi mendapatkan nilai terbaik sebagai seorang siswa. Sesekali bunyi pintu berdecit, mencoba untuk memecah keheningan. Tetapi, mereka asyik tenggelam dalam fikiran masing-masing, begitupun denganku. Berulang kali kutatap jam yang menempel pada dinding dan guru pengawas secara bergantian. Mencari tahu berapa waktu yang tersisa. “Jangan menyontek ataupun bekerja sama. Jika diantara kalian ketahuan melakukan kecurangan, maka nilai kalian ibu anggap nol. Mengerti?!,” ucap guru pengawas mengingatkan...

Cerpen Kemerdekaan-Merdeka Kita Bersatu

MERDEKA KITA BERSATU “17 Agustus tahun 45 itulah hari kemerdekaan kita. Hari Merdekaa. Nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia...” Sayup-sayup terdengar lagu Hari Merdeka dari sebuah gedung di belakang rumah mungliku. Gedung yang selama ini sangat kuimpikan untuk bisa menjajakkan kaki disana. Tapi rasanya.., mustahil. Andai saja pendidikan di kota ini bisa digratiskan untuk orang-orang tak mampu sepertiku. Pasti sekarang aku sudah berada disana bersama anak-anak kota seumuranku. Tiba-tiba, Lulu datang menghampiriku. “Ada apa lu?,” tanyaku dengan wajah sendu. “Rel, tau nggak kalo hari ini adalah perayaan hari kemerdekaan negara kita?,” ujarnya antusias. “Tau, emang kenapa? Toh selama ini kita juga gak pernah ikut merayakan, kan?,” ujarnya dengan wajah kesal. “Eits, makanya aku kesini mau ngajak kamu ke gerbang sekolah di belakang rumahmu. Siapa tau, kita bisa ikut upacara bersama mereka,” “Upacara? Kita ngintip lewat gerbangnya aja diusir-usir sama pak satpam. Apala...

Cerpen Singkat Hari Kartini-Generasi Kartini di Ujung Negeri

GENERASI KARTINI DI UJUNG NEGERI Panas matahari mulai terasa menyengat, seakan-akan membakar pori-pori kulitku. Keringat mulai bercucuran dengan sangat derasnya, hingga menimbulkan bau di sekujur tubuhku. Aku berhenti melangkah dan duduk dibawah sebuah pohon yang cukup lebat. Kuletakkan koran-koran yang masih tersisa di pangkuanku. Ku ambil sebuah buku yang selalu kubawa. Dan akupun mulai menuliskan sesuatu disana. Menorehkan setetes demi setetes tinta dari pena kecilku. Menuliskan huruf demi huruf, kata demi kata, dan merangkainya menjadi sebuah kalimat hingga berupa paragraf. Tiba-tiba, tanpa sepengetahuanku seseorang telah duduk manis di sampingku. “Karanganmu cukup bagus”, kata seseorang yang kumaksud tadi. “Ah, Bimo. Kau mengagetkanku saja”, ujarku pada Bimo yang hanya dibalas cengiran andalannya. Ia mencoba mencerna judul karanganku dan ia pun nampak bingung. “Ibu Kita Kartini? Siapa dia?,” tanya Bimo penasaran. “Ibu Kita Kartini itu merupakan salah satu pahlawan wanit...

Cerpen-Berawal dari Sebuah Kreativitas

Berawal dari Sebuah Kreativitas Cahaya hangat mentari menyelinap masuk melewati celah - celah jendela rumah mungilku. Aku beranjak menuju teras, menikmati suasan pagi yang indah. Aku duduk disebuah kursi kayu berukiran motif bunga yang terlihat kuno nan klasik. Suasana yang tenang dan nyaman. Tiba tiba, aku terpaku pada sebuah album tua disampingku. Ku raih album itu dan ku buak halaman demi halaman yang sebagiannya telah usang dan kotor termakan usia. Aku menutup kembali album itu, bagaikan menutup memori ingatanku di masa lalu. Aku beranjak, bergegas pergi ke sekolah dengan semangat baru. Aku berjalan menyusuri lapangan, sawah, ladang, dan jalanan desa yang sepi. Tak lupa, kusapa semua orang yang kukenali, mulai dari petani, peternak, hingga ibu ibu penjual sayur. Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk sampai diskolahku yang letaknya cukup jauh dari pedesaan. Memang, aku sangat beruntung bisa bersekolah bersama anak kota berkat beasiswa ku . Disamping sekolah, aku juga be...